Mengidentifikasi Ragam Bahasa Debat
Debat yang dipelajari dalam pembelajaran ini adalah debat ilmiah, bukan debat kusir seperti yang biasa kita yemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam debat kusir bertujuan untuk mengalahkan pendapat pihak lain seringkali dilakukan tanpa memedulikan kesahihan argumen yang disampaikan.
Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam bahasa ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir, baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide harus diperhatiakan.
Berikut ini adalah ciri ragam bahasa ilmiah.
1. Kaidah bahasa indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa ( pembentuk kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf ).
2. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat ( logis ), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun dan sistemtis. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata ( diksi ) dan penyusunan struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif.
3. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya ( denotatif )
Bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah ditetapkan sebagai ragam yang dapat diterima dan berfungsi sebagai model untuk suatu masyarakat. Jadi, ada tiga aspek dalam bahasa baku yang saling menyatu yaitu kodifikasi, keberterimaan, dan difungsikan sebagai model.
Selain itu, dalam debat sebaiknya penggunaan kata-kata berbahasa daerah atau asing, bahasa prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan. Hal ini bertujuan agar terhindar dari ketersinggungan dan mengakibatkan acara debat karena antar pihak tidak saling memahami kata yang digunakan.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
1. Pemerintah seharusnya tidak menutup mata pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.
2. Banyak banget siswa jatuh bergelimpangan karena takut gagal dalam Ujian Nasional.
Kalimat (1) dan kalimat (2) di atas merupakan contoh kalimat tidak baku. Ketidak bakuan kalimat (1) dan (2) karena menggunakan frasa bemakna konotatif yaitu frasa menutup mata dan jatuh bergelimpangan. Pada kalimat kedua, ketidak efektifan kalimatnya juga disebabkan penggunaan kata-kata dari bahasa daerah yaitu kata banget.
Pembenahan kedua kalimat di atas agar menjadi kalimat ragam ilmiah yang baku dapat kamu lihat pada bagian berikut.
1. Pemerintah seharusnya peduli pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.
2. Banyak sekali siswa frustasi karena takut atau gagal dalam Ujian Nasional.