Selasa, 31 Maret 2020

Kaidah Ejaan dalam Bahasa


Kaidah ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang bagaimana 
menggunakan lambang-lambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungan antara 
lambang-lambang tersebut (pemisahan dan penggabungannya). Secara teknis, 
kaidah ejaan dan tanda baca adalah aturan-aturan mengenai penulisan huruf, 
penulisan kata, dan penulisan tanda baca. 
Seperti diketahui bahwa kaidah ejaan mengatur penggunaan beragam 
lambang kebahasaan yang berdimensi luas. Pembahasan menyeluruh mengenai 
kaidah ejaan tersebut tidak mungkin dilakukan pada bagian ini. Pembahasan 
dibatasi pada kaidah-kaidah ejaan yang sangat produktif penggunaannya di dalam 
masyarakat.

Penulisan Huruf
Pada bagian ini akan dideskripsikan kaidah-kaidah yang berlaku mengenai 
pemakaian huruf dalam bahasa Indonesia, yakni pemakaian huruf kapital dan 
huruf miring.

Huruf Kapital
Istilah huruf kapital sering juga diganti dengan huruf besar. Huruf ini dipakai 
sebagai huruf pertama:
(a) kata pada awal kalimat
(b) petikan langsung (yang utuh)
(c) dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab 
 suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan,
(d) nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti 
 nama orang (Mahaputera Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Amir)
(e) nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang (Wakil Presiden 
 Yusuf Kalla, Jenderal Tito Karnavian)
(f) nama orang
(g) nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
(h) nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah
 (i) nama khas dalam geografi
 (j) nama badan resmi, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, 
 serta nama dokumen resmi
(k) nama semua kata dalam judul buku, majalah, surat kabar, kecuali 
 kata partikel, seperti di, ke, dari, untuk, yang, dan yang tidak 
 terletak pada posisi awal
 (l) singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan
 (m) kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, adik, 
paman yang dipakai sebagai kata ganti sapaan

Huruf Miring
Huruf miring adalah huruf yang posisinya dimiringkan dalam cetakan. 
Huruf miring dipakai untuk:
(a) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam 
karangan;
 Contoh: Dia mendengar berita itu dari Kompas.
(b) menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok 
kata;
 Contoh: Seluruh karyawan diwajibkan menghadiri acara tersebut.
(c) menuliskan kata atau ungkapan asing, kata nama ilmiah, kecuali yang 
telah disesuaikan ejaannya.
 Contoh: Hari-harinya padat dengan facebook.

Penulisan Kata
Kaidah penulisan kata meliputi kaidah penggabungan kata, penulisan kata 
ganti kau, ku, mu, dan nya, kata depan di, ke dan dari, kata turunan, serta 
singkatan dan akronim.

Gabungan Kata 
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang dapat menimbulkan 
kesalahan pengertian bisa diberi tanda hubung untuk menegaskan pertaliannya. 
Contoh: alat pandang-dengar
 Buku sejarah-lama (sebagai imbangan buku sejarah- moderen).

Kata ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang 
mengikutinya.
(1) a. Ketidakjujuran tidak kusukai.
 b. Ketidakjujuran tidak aku sukai.
(2) a. Lawan harus kaukalahkan dengan cara yang sportif.
 b. Lawan harus engkau kalahkan dengan cara yang sportif.
 (3) a. Aku tahu, buku itu milikmu.
 b. Aku tahu, buku itu milik kamu

Kata Turunan 
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan 
dan akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai.
Contoh: (1) tidak adil + ke-an ....................... ketidakadilan
Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘tiap’, dan ‘demi’ ditulis terpisah
Contoh: (1) a. Mereka masuk satu per satu.
 b. Mereka masuk satu persatu (x)
 (2) a. Harganya Rp 3.000,00 per helai.
 b. Harganya Rp 3.000,00 perhelai (x). 
 (3) Gaji naik per 1 April. 

Tidak ada komentar:

Tanaman Herbal Indonesia Dokter terkejut melihat hasil nya, racun dalam tubuh seperti : Rematik Kolesterol Asam Urat Semua sembuh total deng...