Perpustakaan adalah gedung atau ruang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya. Koleksi buku,majalah dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari dan didiskusikan.

Perpustakaan seharusnya dapat menjadi denyut jantung sekolah yang menggerakan seluruh interaksi edukatif di sekolah. Dalam meningkatan kompetensinya, guru harus sering keluar masuk perpustakaan sekolah unuk mencari sumber belajar yang di perlukan. Bahkan di dalam perpustakaan sekolah seharusnya ada sumber belajar yang dapat di peroleh dari internet yang dapat di akses melalui PC ( perangkat computer ) yang ada di perpustakaan atau di ruang laboratorium komputer. Kalau ruang laboratorium komputer menjadi tempat belajar komputer, maka komputer dalam perpustakaan fungsinya sama dengan perpustakaan, yakni sumber ilmu pengetahuan. Buku adalah sumber ilmu pengetahuan, maka membaca dan surfing dunia maya adalah kuncinya.
Perpustakaan sekolah memang tidaklah harus besar seperti gedung perpustakaan universitas yang terkenal dan tidak pula sebesar perpustakaan nasional. Tetapi, tanpa ada perpustakaan sekolah, maka dapat di bayangkan sekolah hanya akan menjadi tempat anak-anak bermain-main di halaman sekolah,lari kejar-kejaran, dan setelah bel berbunyi mereka berlari-lari masuk kelas selagi keringat mereka belum kering. Kemudian, guru pun mulai melakukan'' talk and chalk'' alias kegiatan ''tutur dan kapur'' atau ceramah, mencatat materi pelajaran yang dipandang penting di papan tulis, dan anak-anak pun menulisnya dalam buku pelajarannya. That is the profile of most schools in Indonesia.
Sewaktu istirahat, ruang kelas menjadi tempat bermain bagi kebanyakan siswa. Penyekat ruang kelas dari tripleks yang dibuat oleh Komite sekolah tampak dalam keadaan lepas-lepas, karena ulah anak-anak yang memang memerlukan olah tubuh lebih banyak dan sayangnya itu dilakukan di dalam kelas. Halaman dan lapangan olahraga yang berdebu dan panas di musim kemarau menyebabkan mereka lebih suka bersendau gurau di dalam kelas, sambil menunggu bel berbunyi tanda masuk kelas kembali. Sementara untuk memanfaatkan waktu luangnya, ruang perpustakaan hanyalah tempat rak yang kosong, tempat onggokan modul yang telah kadaluwarsa. Dalam kondisi seperti ini, apalagi berpikir untuk membangun ruang perpustakaan, ruang kelas pun kondisnya telah rusak berat, dan lahan untuk membangun ruang kelas pun sudah tidak ada lagi.
Library Functions
Semua koleksi perpustakaan sekolah merupakan perekam budaya, perekam IPTEK dan IMTAK. Melalui bahan koleksinya, perpustakaan sekolah melaksanakan fungsi edukasi, yakni untuk menambah pengetahuan ( knowledges ), membentuk sikap mental ( antitude ), dan meningkatkan keterampilan ( skills ) bagi para pembacanya.
Setidaknya perustakaan sekolah mempunyai empat fungsi yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya ( Suryana. R, 1999:5-6, sebagai berikut:
Fungsi edukatif. Dengan segalah keterbatasannya, otak kita tidak mungkin mampu dapat merekam semua informasi. Bahkan koleksi perpustakan dapat merekamnya secara cermat. Buku sebagai bahan koleksi utama perpustakaan, memiliki kelebihan dengan karakteristik yang lebih efektif dan unggul dibandingkan media informasiseperti televisi, komputer, radio, dan media lainnya. Oleh karena itu, perpustakan sekolah menjadi sumber referensi.
Fungsi informatif. Yang dimaksud fungsi informatif ialah dapat menyediakan sumber belajar yang informatif, beraneka ragam, mutahir, dan diatur dengan sistem tertentu, agar para petugas dan pencari data dan informasi dapat dengan mudah menemukan bahan tersebut.
Fungsi administrstif. Dalam fungsi ini, perpustakaan melakukan pencatatan dan penyelengaraan administrasi dalam proses sirkulasi atau peminjaman bahan pustaka. Ada dua sistem penyelengaraan admistrasi perpustakaan. yaitu sistem close access dan sistem open access.
Fungsi rekreatif. Rekreasi disini lebih kepada pengertian ' menggunakan waku senggang ' atau memanfaakan waktu dengan membaca atau sekedar menbuka-buka bahan koleksi perpusakaan.
Keberadaan dan berbagai kegiatan perpustakaan sekolah dan pojok baca ( reading corner ) seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal, bukan hanya para guru yang ingin menambah wawasan pengetahuannya, tetapi lebih dari itu untuk mengubah budaya mendengar dengan budaya membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar