Selasa, 18 Agustus 2020

D'topeng Museum Angkut

 D'topeng Museum Angkut


D'topeng adalah salah satu tempat wisata yang terletak di Kota Batu, Jawa Timur. Keberadaan D'topeng tidak dapat dipisahkan dengan  Museum Angkut karena kedua tempat ini berada disatu tempat yang sama. Tempat wisata ini seringkali disebut pula sebagai Museum Topeng karena memang berisi topeng dengan berbagai model bentuk. Namun, D'topeng tidak hanya berisi topeng, tetapi juga berisi pameran benda-benda berupa barang tradisional dan barang antik. Topeng, barang tradisional, dan barang antik dalam museum ini dapat di kelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu berbahan kayu, batu, logam, dan keramik.


Benda paling diminati pengunjung untuk diamati dan paling mendominasi tempat ini adaah topeng. Ada beragam jenis topeng di museum ini. Topeng-topeng tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian berdasarkan bahan dasarnya, yaitu berbahan dasar kayu dan batu. Topeng berbahan kayu sebagian besar berasal dari daerah Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat. Sementara itu, topeng yang berbahan batu berasal dari daerah sekitar Sulawesi dan Maluku.


Selain topeng, barang-barang tradisional juga dipamerkan di D'topeng. Barang-barang tradisional yang mengisi etalase-etalase museum ini adalah senjata tradisional, perhiasan wanita zaman dahulu yang berbahan dasar logam, batik-batik5 motif lama, dan hiasan rumah kuno. Berdasarkan bahan dasarnya, barang-barang tersebut juga dikelompokkan menjadi empat, yaitu berbahan dasar kayu seperti hiasan rumah berupa kepala kerbau asal Toraja, berbahan dasar batu seperti alat penusuk jeruk asal Batak, berbahan dasar logam seperti pisau sunat dan perhiasan logam asal Sumba, dan yang berbahan dasar kain seperti batik berbagai motif asal Yogyakarta dan Jawa Tengah.


Benda terakhir yang mengisi museum ini adalah barang kuno yang sampai saat ini masih dianggap bernilai seni tinggi atau biasa disebut barang antik. Barang-barang antik seperti guci tua, kursi antik, bantal arwah, mata uang zaman kerajaan-kerajaan, dan benda-benda lain dapat di jumpai di dalam museum D'topeng. Barang-barang tersebut dapat pula digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu keramik dan logam. Barang antik yang berbahan dasar keramik di museum ini adalah guci-guci tua peninggalan salah satu dinasti di Tiongkok dan bantal yang digunakan untuk bangsawan Dinasti Yuan ( Tiongkok ) yang sudah meninggal. Sementara itu, barang antik yang berbahan dasar logam adalah jinggaran coin ( Kerajaan Gowa ), mata uang Kerajaan Majapahit, koin VOC, dan kursi antik asal Jawa Tengah.


Selain itu untuk dipamerkan, benda-benda di D'topeng ini juga di mamfaatkan sebagai media pelestarian budaya. Selanjutnya, D'topeng berfungsi pula sebagai museum, yaitu sebagai konservasi benda-benda langka agar terhindar dari perdagangan ilegal.



Sumber: buku bahasa indonesia kelas x



Selasa, 11 Agustus 2020

Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sangat dinamis, sehingga menghasilkan kosakata baru dari penciptaan dan penyerapan bahasa daerah maupun asing. Salah satu bahasa yang datang dari luar adalah bahasa Inggris. Dimana bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang digunakan sebagai komunikasi antar bangsa.

Sehingga tidak heran, banyak orang yang belajar untuk menguasai bahasa Inggris.hal ini bertujuan agar mereka tidak buta akan informasi yang ada di dunia. Meskipun mempelajari bahasa Inggris penting, akan lebih baik jika kita sebagai warga Negara Indonesia tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan bahasa Indonesia.

Untuk lebih memperdalam bahasa Indonesia, kita harus mengetahui sejarah bahasa Indonesia dan perkembangannya hingga saat ini. Dimana bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu penduduk Indonesia yang sangat beranekaragam.

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.

Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.



Selasa, 04 Agustus 2020

Struktur dan Kaidah Teks Observasi

    Pada Materi kali ini, kalian akan  belajar mengenal struktur dan kaidah kebahasaan teks hasil observasi, memahami makna teks hasil observasi, menyunting teks hasil observasi, meringkas teks hasil observasi, dan mengonversi teks hasil observasi.

    Apakah yang dimaksud laporan,? Dalam bahasa inggris, teks laporan dikenal dengan istilah report . Banyak pembaca yang menafsirkan laporan sebagai berita. Pandangan tersebut sungguh tidak salah. kata laporan secara gramatikal berasal dari kata lapor dan akhiran -an. akhiran -an secara gramatkal berarti ''perihal ''. jadi , kata laporan berarti 'perihal melaporkan'. Bagaimana dengan kata berita ? Berita merupakan kata dasar. untuk mengetahui arti kata berita, tentu saja kalian harus membuka kamus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2002:140 ) di artikan :

'' Berita n 1 cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hagat; kabar...;2 laporan...''

    Dengan merujuk pada pengertian terebut maka memang benar bahwa kata laporan memiiki persamaan deng berita.Akan tetapi, laoran juga berkaitan  dengan sala satu jenis ( genre ) teks, yang dalam bahasa inggis disebut report. Lporan adalah salah satu jenis teks yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu yang sifatnya umum ( general ).Dalam pengertian ini, teks laporan ( report ) hampir mirip dengan deskripsi. Perbedaannya, teks deskripsi menjelaskan sesuatu secara khusus.

    Laporan memiliki peranan penting pada suaatu organisasi karena hubungan antara atasan dan bawahan merupakan bagian dari keberhasilan organissasi tersebut. dengan adanya hubungan antara perseorangan dalam suatu organisasi, baik yang berupa hubungan antara atasan dan bawahan, maka aan bisa mewujudkan suatu sistem  delegation of autority dan pertanggungjawaban akan terlaksana secara efektif dan efesien dalam organisasi.

    Laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suaatu  keadaan atau suatu kegiatan. Pada dassarnya fakta yang disajkan itu berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si elapor ( dilihat,didengar,atau dirasakan sendiri ) ketika si pelapor melakukan  suatu kegiatan. 

    Sebuah laporan hasil observasi pada umumnya disajikan dalam bentuk karya tulis atu yang lazim disebut degan makalah. Adapu yang dimaksud dengan makalah adaah karya tulis yang membahas suatu persoalan dengan penyeelesaian yang didasarkan hasil membaca atau hasil pengamatan lapangan. Makalah biasanya disusun untuk diskusi-diskusi resmi, seperti simposium,seminar, atau lokakarya .Makalah sering pula disebut paper, yakni tugas tertulis pada suatu mata pelajaran dan penyusunannanya bisa berupa hasil kajian hasil observasi lapangan.

   Makalah disajikan dalam bagian-bagian berikut :
  • Pendahuluan : Bagian ini menguraikan masalah yang akan dibahas yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, prosedur penyelesaian masalah, dan sitematika pembahasan .
  • Pembahasan : Bagian ini memuat uaian tentang hasil kajian penulis dalam mengembangkan jawaban terhadap masalah yang diajukan, yang dlengkapi denga data lapangan ( hasil obssrvasi ) serta pendapat-endapat penulis itu sediri. Bagian ini boleh saja terdiri atas lebih dari satu bagian.
  • Simpulan  : Bagian ini bukanlah ringkasan isi. Simpulan adalah pemaknaan kembali terhadap uraian yang telah dibuat pada bagian pembahasan. Dalam mengabil simulan tersebut, penulis harus mengacu pada permasalahan yang diajukan dalam bagian pendahuluan.    

    Berdasarkan paparan tersebut dapat disimulkan bahwa laporan hasil obdervasi dibentuk oleh struktur dan kaidah berikut.

 1. struktur laporan hasil observasi berupa teks yang tersusun secara baku dan lengkap, yakni 
 mencakup penahuluan ,pembahasan, dan simpulan.Teks itu dapat  pula dengan kata pengantar, daftar isi, dan dafar pustaka.  

2.Kaidah laporan obsrvasi menyajikan seumlah fakta sebagai hasil pengamatan lapangan. Fakta tersebut dapat dilengkapi dengan gambar grafis, seperti tabel, grafik dan bagan.

Senin, 20 Juli 2020

Contoh Teks Laporan Hasil Observasi

        Wayang

    Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia. UNESCO, lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapakan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor berasal dari Indonesia. Wayang merupakan warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Master of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

        Para wali songo, penyebar agama Islam di jawa sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang kulit di Timur , wayang wong atau wayang orang di Jawa Tengah, dan wayang golek atau wayang boneka di Jawa Barat. Penjenisan tersebut disesuaikan dengan penggunaan bahan wayang. Wayang kulit dibuat dari kulit hewan ternak, misalnya kulit kerbau, sapi atau kambing. Wayang wong berarti wayang yang ditampilkan atau diperankan oleh orang. Wayang golek ad alah wayang yang menggunakan boneka kayu sebagai pemeran tokoh. Selanjutnya, untuk mempertahankan budaya wayang agar tetap di cintai, seniman mengembangkan wayang dengan bahan-bahan lain, antara lain wayang suket dan wayang motekar.

      Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi bermacam2 jenis. Jenis yang paling terkenal, karena diperkirakan memiliki umur paling tua adalah wayang purwa. Purwa berasal dari bahasa jawa, yang berarti awal. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang di tatah, dan diberi warna sesuai kaidah peluasan wayang pendalangan, serta diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri atas tuding dan gapit.

      Wayang wong ( bahasa jawa yang berarti 'orang' ) adalah salah satu pertunjukan wayang yang diperankan langsung oleh orang. Wayang orang yang dikenal di suku banjar adalah wayang gung, sedangkan yang dikenal di suku jawa adalah wayang topeng. Wayang topeng di mainkan oleh orang yang menggunakan topeng. Wayang tersebut di mainkan dengan iringan gamelan dan tari-tarian. Perkembangan wayang orang pun saat ini beragam, tidak hanya di gunakan dalam acara ritual, tetapi juga digunakan dalam acara yang bersifat menghibur.

       Selanjutnya, jenis wayang yang lain adalah wayang golek yang mempertunjukkan boneka kayu. Wayang golek berasal dari sunda. Selain wayang golek sunda, wayang yang terbuat dari kayu adalah wayang menak atau sering juga disebut wayang golek menak karena cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang tersebut pertama kali dikenalkan dikudus. Selain golek, wayang yang berbahan dasar kayu adalah wayang klithik. Wayang klithik berbeda dengan golek. Wayang tersebut berbentuk pipih seperti wayang kulit. Akan tetapi, cerita yang diangkat adalah cerita panji dan Damarwulan. Wayang lain yang terbuat dari kayu adalah wayang papak atau cepak, wayang timplong, wayang potehi, wayang golek techno, dan wayang ajen.

   Perkembangan terbaru dunia pewayangan menghasilkan kreasi berupa wayang suket, jenis wayang ini disebut suket karena wayang yang digunakan terbuat dari rumput yang di bentuk menyerupai wayang kulit. Wayang suket merupakan tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari rumput ( bahasa jawa: suket ). Wayang suket biasanya dibuat dari alat permainan atau penyampaian cerita pewayangan kepada anak-anak di desa-desa jawa.

   Dalam versi lebih modren, terdapat wayang motekar atau wayang plastik berwarna. Wayang motekar adalah sejenis pertunjukan teater bayang-bayang  atau serupa wayang kulit. Namun, jika wayang kulit memiliki bayangan yanv berwarna hitam saja, wayang motekar menggunakan teknik terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan warna-warni penuh. Wayang tersebut menggunakan bahan plastik berwarna, sistem pencahayaan teater modern, dan layar khusus.

   Semua jenis wayang diatas merupakan wujud ekspresi kebudayaan yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media informasi, dan media hiburan. Wayang bermanfaat sebagai media pendidikan karena isinya banyak memberikan ajaran kehidupan kepada manusia. Pada era modern ini, wayang juga banyak di gunakan sebagai mediA informasi. Ini antara lain dapat kita lihat pada pergelaran wayang yang disisipi informasi tentang program pembangunan seperti keluarga berencana (KB), pemilihan umum, dan sebagainya. Yang terakhir, meski semakin jarang, wayang masih tetap menjadi sebuah media hiburan.




  (Sumber : buku bahasa indonesia SMA/SMK/MA kelas x Edisi revisi 2016).
    

Hakikat Bahasa dan bunyi sebagai sistem simbol

Sebagai manusia yang setiap hari tak lepas dari kegiatan komunikasi, baik secara langsung maupun via sambungan telepon, kalian pasti tahu bagaimana pentingnya bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari, bahkan setiap jam dan detik, kita memproduksi dan menangkap begitu banyak simbol-simbol yang memiliki makna tertentu. Tapi, apakah Greaters sudah tahu apa yang dimaksud dengan hakikat bahasa dan bunyi sebagai sistem simbol? Nah, untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu per satu.

Definisi Bahasa

Apa sih yang dimaksud dengan bahasa? Bahasa adalah alat atau medium komunikasi. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan kepada lawan bicara. Bahasa digunakan oleh setiap kelompok sosial untuk mengekspresikan diri, berkomunikasi, berinteraksi, bekerja sama, dan mengidentifikasi diri.

Ferdinan de Saussure mengatakan bahwa bahasa merupakan ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain. Sedangkan Walija (1996) mengungkapkan, definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat kepada orang lain.

Senada dengan pendapat Walija, Harimurti seorang munsyi bahasa Indonesia mengatakan, bahasa merupakan sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh kelompok manusia. Dari pengertian itu, bisa kita petakan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan interaksi antarsesama manusia.
Dalam konteks politik nasional, bahasa punya fungsi sebagai alat pemersatu. Dalam Sumpah Pemuda 1928 dipertegas dengan deklarasi, “Menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Dengan deklarasi itulah, berbagai suku, bangsa, dan bahasa bersatu menjadi satu kesatuan bernama Indonesia.
Hakikat Bahasa

Nah, untuk memahami bahasa lebih mendalam, kita mesti menggali hakikat bahasa itu sendiri, Greaters. Tadi disebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi. Yang dimaksud dengan hakikat bahasa adalah intisari dari sistem lambang bunyi tersebut. Berbagai sumber menyebutkan hakikat bahasa adalah sebagai berikut:

Teratur: Sistem diatur oleh pola-pola yang sistematis dan sistemis, yaitu tersusun dari sistem fonologi, gramatika, dan leksikon.
Bunyi: Bunyi bermakna yang diproduksi oleh alat ucap manusia.
Arbitrer: Bahasa bersifat arbitrer (mana suka), tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa dengan yang dilambangkannya. Jika ada hubungan wajib antara pelambang dengan yang dilambangkannya, mungkin tidak akan ada bermacam-macam bahasa.
Bermakna: Bahasa memiliki makna. Lambang bunyi “sepeda” memiliki makna kendaraan beroda dua yang dikendarai dengan cara dikayuh. Lambang bunyi ada yang konkret dan ada yang abstrak. Misalnya, kata “cinta” tidak ada acuan (referent) bendanya.
Konvensi: Bahasa merupakan kesepakatan atau konvensional, yaitu berdasarkan kesepakatan masyarakat penuturnya.
Unik: Bahasa memiliki sifat unik, mempunyai ciri khas spesifik yang tidak bisa dimiliki oleh yang lain. Contohnya, kata “nasi” memiliki keunikan jika dibandingkan dengan kata yang sama dalam bahasa lain.
Universal: Bahasa itu universal, artinya pada setiap bahasa terdapat ciri-ciri yang sama. Contohnya, bahasa manapun pasti memiliki satuan-satuan yang bermakna, yaitu kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Produktif: Artinya, bahasa dapat dibuat satuan-satuan yang jumlahnya tidak terbatas. Contohnya, dari fonem /a/, /i/, /k/, dan /t/ bisa menghasilkan beberapa kata.
Variasi: Bahasa itu bervariasi, yaitu idiolek atau bersifat perseorangan. Kemudian dialek yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau waktu. Ragam, yaitu variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, dan keperluan tertentu.
Dinamis: Bahasa mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Interaksi sosial: Bahasa dijadikan alat untuk bekerja sama antar sesama manusia.
Identitas: Bahasa merupakan penanda jati diri penuturnya.
Lambang: Bahasa berwujud lambang yang setiap lambangnya memiliki makna dan maksud masing-masing.

Senin, 11 Mei 2020

Mengidentifikasi Ragam Bahasa Debat

Mengidentifikasi Ragam Bahasa Debat

Debat yang dipelajari dalam pembelajaran ini adalah debat ilmiah, bukan debat kusir seperti yang biasa kita yemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam debat kusir bertujuan untuk mengalahkan pendapat pihak lain seringkali dilakukan tanpa memedulikan kesahihan argumen yang disampaikan.

Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam bahasa ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir, baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide harus diperhatiakan.
Berikut ini adalah ciri ragam bahasa ilmiah.
1. Kaidah bahasa indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa ( pembentuk kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf ).
2. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat ( logis ), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun dan sistemtis. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata ( diksi ) dan penyusunan struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif.
3. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya ( denotatif )

Bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah ditetapkan sebagai ragam yang dapat diterima dan berfungsi sebagai model untuk suatu masyarakat. Jadi, ada tiga aspek dalam bahasa baku yang saling menyatu yaitu kodifikasi, keberterimaan, dan difungsikan sebagai model.
Selain itu, dalam debat sebaiknya penggunaan kata-kata berbahasa daerah atau asing, bahasa prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan. Hal ini bertujuan agar terhindar dari ketersinggungan dan mengakibatkan acara debat karena antar pihak tidak saling memahami kata yang digunakan.

Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
1. Pemerintah seharusnya tidak menutup mata pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.
2. Banyak banget siswa jatuh bergelimpangan karena takut gagal dalam Ujian Nasional.

Kalimat (1) dan kalimat (2) di atas merupakan contoh kalimat tidak baku. Ketidak bakuan kalimat (1) dan (2) karena menggunakan frasa bemakna konotatif yaitu frasa menutup mata dan jatuh bergelimpangan. Pada kalimat kedua, ketidak efektifan kalimatnya juga disebabkan penggunaan kata-kata dari bahasa daerah yaitu kata banget.
Pembenahan kedua kalimat di atas agar menjadi kalimat ragam ilmiah yang baku dapat kamu lihat pada bagian berikut.

1. Pemerintah seharusnya peduli pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.
2. Banyak sekali siswa frustasi karena takut atau gagal dalam Ujian Nasional.

Minggu, 10 Mei 2020

Cara Menyimpulkan Hasil Debat

Cara Menyimpulkan Hasil Debat

Dalam debat ada tahapan terakhir yang harus di lakukan oleh pihak berdebat, baik tim afirmasi maupun tim oposisi adalah menyampaikan simpulan. Simpulan tersebut dirumuskan berdasarkan pendapat dan argumen yang telah di sampaikan sebelumnya. Simpulan dapat juga disebut sebagai hasil dari pembicaraan.

Karena simpulan dalam debat disusun betdasarkan pendapat dan argumen yang telah disampaikan sebelumnya, penalaran yang digunakan dalam menyusun simpulan debat termasuk dalam penalaran iduktif. Ada tiga cara untuk menarik kesimpulan denagan penalaran induktif yaitu (a) generalisasi, (b) analogi, (c) sebab akibat.

● Generalisasi 
Penarikan kesimpulan dengan cara generalisasi berpangkal pada pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus, fenomena-fenomena khusus kemudian ditarik pernyataan yang bersifat heneral ( umum ).

● Analogi
Analogi merupakan proses penarikan simpulan yang didasarkan atas perbandingan dua hal yang berbeda. Akan tetapi, karena mempunyai kesamaan segi, fungsi, atau ciri, kemudian keduanya dibandingkan ( disamakan ). Kesamaan keduanya inilah yang menjadi dasar penarikan simpulan. 

● Sebab Akibat
Penarikan simpulan secara induktif berikutnya adalah sebab akibat. Dalam pola penalaran ini, sebab bisa menjadi gagasan utamanya, sedangkan akibat menjadi gagasan penjelasannya. Namun, dapat juga terjadi sebaliknya. Beberapa sebab dapat menjadi gagasan penjelas sedangkan akibat menjadi gagasan utamanya. Dalam debat, penarikan simpulan dilakukan setelah pernyataan pendapat dan argumen yang disampaikan lebih dulu maka pola yang kedua lebih tepat. Oleh karena itu, akibat menjadi gagasan utama, sedangkan sebab-sebabnya menjadi gagasan penjelas yang disampaikan lebih dulu.

Tanaman Herbal Indonesia Dokter terkejut melihat hasil nya, racun dalam tubuh seperti : Rematik Kolesterol Asam Urat Semua sembuh total deng...