Selasa, 21 September 2021

Hakikat Sastra

HAKIKAT SASTRA

Hakikat adalah segala sesuatu yang berada pada sesuatu yang paling dasar dari sebuah konstruksi pemikiran.

Dalam pendapat lain di kemukakan bahwasanya hakikat adalah sebuah akar. Pencairan sebuah hakikat tidak bisa dilakukan hanya pada bagian pembukaan, tetapi harus masuk kedalam relung-relung kedalaman. Jadi, kalau kita meninjau tentang hakikat, maka pertanyaan yang di ajukan adalah tentang pentingnya objek tersebut. Dalam bahasa filsafat, pertanyaan itu berbunyi, apa esensi dari karya sastra dan study sastra itu?

Di dalam pola berpikir manusia, pemahaman makna dari suatu objek dilihat dari istilah, asal usul istilah, fungsi dan kebergunaannya dalam konteks kehidupan sehari-hari.

PENGERTIAN ETIMOLOGI

Dalam bahasa indonesia , kata sastra itu sendiri berasal dari bahasa jawa kuna yang berarti tulisan. Istilah dalam bahasa jawa kuna berarti “ tulisan tulisan utama”. Sementara itu, kata “sastra” salam khazanah jawa kuna berasal dari bahasa sansekerta yang berarti kehidupan . akar kata bahasa sansekerta adalah sas yang berarti mengarahkan, mengajar atau memberi petunjuk atau instruksi. Sementara itu, akhiran tra biasanya menunjukkan alat atau sarana. Dengan demikian, sastra berarti alat untuk mengajar   atau buku petunjuk atau buku instruksi atau buku pengajaran. Di samping kata sastra, kerap juga kata susatra kita di beberapa tuisan, yang berarti bahasa yang indah-awalan su pada kata susastra mengacu pada arti indah.

         Teeuw dalam Sastra  dan Ilmu Sastra (1988) menyebutkan bahwa kata “literature” dalam bahasa inggris berasal dari bahasa yunani, yang bearti huruf. Dalam penggunaan masa lalu, literature mengacu pada susunan kata dalam tata bahasa dan puisi. Orang yang memahami tata bahasa dan puisi  di sebut dengan literatus.

         Dalam bahasa Prancis, kata “letter” mengacu pada kata sastra dalam bahasa indonesia. Kata Prancis itu hampir mirip dengan kata dalam bahasa Belanda, yakni geletterd. Dua kata itu memiliki makna yang sama, yakni orang yang berada dan memiliki kemakhiran khusus di bidang sastra. Berbeda dengan kata Prancis dan Belanda. Kata Jerman adalah schrifftum dan dichtung. Pengertian schrifftum mengacu pada segala hal yang tertulis sementara dichtung  terbatas pada tulisan yang tidak langsung berkaitan  dengan fakta –fakta aktual sehingga bisa di katakan imajinasai. Seorang penyair dalam bahasa Jerman di sebut dengan der Dichter atau die Dichter hal itu sekurang –kurangnya dijelaskan oleh A.Hauken (1932) dalam Kamus Jerman Indonesia (Jakarta: Gremedia Pustaka Utara (1992) .

          Rene wellek dan Austin Warren dalam Teori Kesusastraan (1992) menyebutkan bahwa sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak. Jadi, ilmuan sastra pada abad ke -14 dapat mempelajari proFesi kedokteran, gerakan planet pada abad pertengahan atau ilmu sihir di Inggris. Ilmuan sastra tidak terbatas pada tulisan atau manuskrip ketika mempelajari kebudayaan.

BACA JUGA : Menulis Puisi Lama

CIRI-CIRI SASTRA

Ciri-ciri dapat didefinisikan sebagai kekhasan yang melekat pada sebuah objek atau benda sehingga membedakannyya dengan benda-benda lain atau objek lain . lalu, apakah ciri- ciri sastra tersebut,yang membedakanya dengan yang lain.Jan Van Luxemburg (1984) dalam Pengantar Ilmu Sastra ( 1984:5) menyenbutkan ciri-ciri sastra khususnya kekhasaanya pada masa Romantik. Dia menyebut sebagai berikut :

1.       Sastra adalah sebuah ciptaan atau kreasi. Karena sastra adalah kreasi. Maka sastra bukanlah imitasi atau tiruan. Penciptanya disebut dengan seniman lantaran menciptakan sebuah dunia baru.

2.       Sastra bersifat otonom. Ini berati tidak mengacu pada sesuatu yang lain. Sastra tidak bersifat komunikatif. Sang penyair hanya mencari keseleraan di dalam karyanya sendiri. Dalil ini masih digunakan dalam setiap pendekatan sastra.

3.       Sastra memiliki unsur koherensi. Artinya, unsur-unsur di dalamnya memiliki keselarasan antara bentuk dan isi setiap isi berkaitan dengan bentuk atau ungkapan tertentu. Hubungan antara bentuk dan isi bersifat fleksibel.

4.       Sastra berisi tentang sintesis atau unsur-unsur yang selamaini dianggap bertentangan. Pertentangan tersebut terdiri atas pelbagai bentuk. Ada pertentangan yang di sadari, tanpa disadari, antara ruh dan benda, pria dan wanita dan seterusnya.

5.       Sastra berisi ungkaan-ungkapan yang ‘’tidak bisa terungkapkan’’. Penyair menghasilkan kata-kata untuk memotret sebuah fakta imajinatif yang tidak bisa digambarkan oleh orang lain. Ketika dijelaskan oleh sastrawan, maka fakta itu kemudian terlihat jelas oleh orang-orang awam atau pembaca. 

Karena ciri-ciri adalah unsur pembeda, maka sastra harus dibedakan dengan karya yang bukan sastra. Variabel kontrolnya adalah bahasa sebagai alat untuk menghasilkan karya. Di sini disampaikan perbedaan antara karya sastra dan karya ilmiah.

1.  Bahasa sastra bersifat konotasi. Konotasi adalah gaya bahasa yang berisi ungkapan-ungkapan tidak langsung tentang gagasan atau fakta-fakta tersebut. Arti kata denotasi terdapat dalam kamus bahasa sedangkan arti kata konotasi terdapat dalam kamus perumpamaan.

2.    Bahasa sastra bersifat homonim sedangkan bahasa ilmiah bersifat struktur. Homonim adalah kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi memiliki arti berbeda. Kata dalam sastra sering kali mengungkapkan tentang hal-hal yang bersifat ambigu atau taksa atau bertentangan. Struktur logis memiliki arti bahwa masing-masing kata atau susunan kata dalam kalimat adalah susunan logika. Kalimat yang memiliki logika disebut dengan proposisi.

3.  Bahasa sastra bersifat ekspresif sedangkan bahasa ilmiah bersifat logis. Ekspresi adalah ungkapan-ungkapan yang bersifat individual atau subjektif sedangkan logis adalah ungkapan-ungkapan yang harus di sesuaikan dengan kaidah-kaidah logika.

4.     Bahasa sastra lebih mementingkan simbol yang mewadahi gagasan-gagasan tertentu sedangkan bahasa ilmiah ketika mementingkan skema atau bagan-bagan untuk menjelaskan gagasan-gagasan tertentu (Wellek dan Warren ,199326)

5.     Bahasa sastra di ungkapkan secara estetis sedangkan bahasa ilmiah di ungkapkan secara normatif estetis memiliki arti keindahan sedangkan normatif memiliki arti sesuai dengan pemikiran umum. Jakop Sumardjo dan Saini KM dalam Apresiasi Kesusastraan (1988,16) juga mengemukakan  hal senada dengan pendapat Wellek dan Warren di masa di nyatakan bahasa sastra berkaitan dengan sisi ekspretif dalam pragmatis . smentara,bahasa-bahasa semacam itu ilmu di hindari oleh bahasa ilmiah. Karena itu, Sumardjo dan Saini KM menyebut karya sastra memiliki ciri (1) imajinatif, (2) estetis, dan (3) cara pegguaan yang khas. Berdasarkan ciri yang di ungkapkan oleh Sumardjo dan Saini KM tersebut, maka unsur yang belum ada dalam ciri Wellek dan Warren adalah ciri ekstetis (1988:16) .

 FUNGSI SASTRA DI TENGAH MASYARAKAT

Fungsi dapat di definisikan sebagai kedudukan yang dimiliki unsur-unsur di dalam sebuah struktur. Jadi,fungsi itu melekat pada unsur-unsur  yang berada dalam  sebuah kelompok yang   dinamakan dengan struktur. Adapun ketika kita membicarakan fungsi sastra maka pemikiran pertama yang muncul adalah apakah fungsi dari sastra tersebut? Bagaimana mendudukkan sastra sebagai sebuah fungsi di dalam struktur masyarakat.

Wellek dan Waren (26) menjelaskan bahwa fungsi sastra adalah sebagai berikut:

1.  Sebagai hiburan. Karya sastra adalah’’pemanis’’ dalam  kehidupan masyarakat sebab memberikan fantasi-fantasi yang menyenangkan bagi pembaca. Karena sebagai hiburan, dampak yang diperoleh adalah rasa senang.

2.      Sebagai renungan. Karya sastra difungsikan sebagai media untuk merenungkan nilai-nilai terdalam dari pembaca. maka pengalaman itu diungkapkan sedemikian rupa untuk memperoleh sari pati yang diinginkan

Sebagai bahasan pelajaran. Karya sastra difungsikan di tengah-tengah masyarakat sebagai media pembelajaran bagi masyarakat. Karya sastra menuntun individu untuk menemukan nilai yang diungkapkan sebagai benar salah. Karya sastra dikatakan sebagai’’indah dan berguna’’ atau dulce et utile.

4.   Sebagai media komunikasi simbolik. Luxemburg menyatakan bahwa karya seni adalah sebuah media yang dipergunakan manusia untuk menjalin hubungan dengan dunia sekitarnya(Luxemburg, 1994:47). Karena ini komunikasi simbolik, maka para penerima tidak bisa langsung menerjemahkan kata-kata sebagai arti denotatif, tetapi harus menggunakan instrumen konotatif.

5.   Sebagai pembuka paradigma berpikir. Sastra menurut Bronowski (1973:282) dijadikan sebagai media untuk membuka cakrawala masyarakat yang terkungkung oleh semangat zaman yang tidak disadarinya. Sastra menyadarkan masyarakat yang selama ini merasa berada dalam kenyataan yang sesungguhnya padahal sebetulnya hanya berada pada entitas yang mirip dengan kenyataan (kuasi-kenyataan).  

Sabtu, 04 September 2021

Fungsi dan tujuan observasi

Fungsi dan tujuan observasi

Fungsi dan tujuan observasi

Peninjauan secara cermat merupakan pengertian observasi yang menggunakan pedoman pengamatan. Fungsi observasi untuk mendapatkan informasi dari objek yang diamati berupa data, skor atau nilai. Para pengamat atau peneliti memiliki tujuan dari observasi objek atau fenomena yaitu :

 

  1. Menggambarkan objek dan segala hal yang berhubungan melalui pengamatan panca indera.

    Para pengamat telah melatih panca indera bisa mengamati segala peristiwa atau objek dengan teliti. Tentu kemampuan panca indera yang telah terlatih bakal berbeda dengan kemampuan orang awam. Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda, bukan? Pengamatan dengan panca indera harus didukung dengan teknik pengamatan lain yaitu penggalian data akurat dari lapangan secara langsung.

  2. Mendapatkan kesimpulan

    Objek yang telah diamati dalam waktu tertentu akan memberikan kesimpulan pengamatan. Kesimpulan disajikan dalam bentuk laporan yang bisa memberikan informasi atau bahan pembelajaran bagi pembaca.

  3. Mendapatkan data atau informasi

    Tujuan melakukan pengamatan untuk mendapatkan data atau informasi dari objek yang diamati. Data atau informasi bisa dibagikan kepada pihak lain dalam bentuk karya ilmiah atau non ilmiah. Karya yang sudah ditampilkan ke publik akan mendapatkan pujian atau kritik. Jadi, peneliti membutuhkan waktu yang tidak singkat dalam membuat sebuah karya. Dalam pengertian observasi, pengamat memiliki tujuan umum dan khusus tergantung objek yang tengah diamati.

Kelebihan dan Kekurangan dalam observasi

Kelebihan dan kekurangan observasi

Pengamat melakukan observasi dengan berbagai cara seperti tes, kuisioner, rekaman gambar, dan suara. Lengkapi pengamatan dengan blangko yang berisi tentang kejadian atau tingkah laku objek yang diamati. Nantinya pengamat hanya perlu memberikan tanda cek pada isian kolom tersebut sesuai hasil observasi.

Melakukan penelitian pada objek dengan metode pengamatan memiliki kelebihan dan kekurangan yang wajib Anda pahami lebih dulu. Yuk, simak rangkuman mengenai kelebihan dan kekurangan observasi berikut ini!

 

Kelebihan observasi

  1. Bisa mencatat perilaku pertumbuhan atau hal-hal terkait fenomena objek tatkala kejadian berlangsung.
  2. Bisa memperoleh data dari subjek secara langsung baik komunikasi verbal atau tidak. Pengamatan pada anak-anak kecil lebih mudah dibandingkan dengan orang dewasa.

Pasalnya, anak-anak bisa mengungkapkan perilaku atau jawaban yang jujur sedangkan orang dewasa bisa memberikan jawaban yang tidak valid atau pura-pura.

 

Kekurangan observasi

Tak hanya memiliki kelebihan, pengamatan juga memiliki kekurangan yang perlu diperhatikan yaitu :

  1. Perlu waktu lama dalam melakukan pengamatan untuk kejadian atau peristiwa tertentu.
  2. Pengamatan fenomena berlangsung lebih lama dan tidak bisa dilakukan secara langsung.
  3. Kegiatan pengamatan bisa terganggu untuk kejadian, peristiwa atau hal-hal yang bersifat pribadi. Misalnya pengamatan perilaku anak yang mengalami masalah pertengkaran orangtua atau konflik tertentu. Ranah pribadi merupakan kelemahan dari observasi sehingga kegiatan tidak bisa diamati secara maksimal.

 

Untuk Anda yang hendak melakukan pengamatan objek, wajib melakukan perencanaan terkait metode pengamatan yang paling optimal. Hasil pengamatan bisa disampaikan dalam bentuk data nyata yang bisa memberikan informasi dan pembelajaran pada pembaca baik dalam bentuk tabel ataupun diagram. Pengertian observasi, fungsi, tujuan, dan manfaat bisa Anda jadikan referensi sebelum melakukan penelitian ilmiah atau non ilmiah. 

Minggu, 29 Agustus 2021

Format Penulisan Proposal Skripsi

FORMAT PENULISAN PROPOSAL SKRIPSI

A. Proposal Penelitian

Usulan Penelitian (Research Proposal) merupakan rencana penelitian mahasiswa yang hasilnya

disusun dalam bentuk Proposal Penelitian. Proposal yang diajukan mahasiswa disusun tanpa memakai

bab-bab dengan sistematika sebagai berikut:

Halaman Depan / Cover

A. Judul

B. Latar Belakang

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

F. Definisi Operasional

G. Kajian Pustaka

H. Hipotesis (jika perlu)

I. Metode Penelitian yang meliputi:

1) Pendekatan dan Jenis Penelitian

2) Tempat dan Waktu

3) Sumber Data

4) Teknik Pengumpulan Data

5) Teknik Analisis Data

J. Daftar Pustaka

K. Lampiran

B. Sistematika Proposal

Sistematika proposal dijelaskan sebagai berikut:

1. Halaman Sampul

Halaman sampul memuat: judul usulan penelitian, jenis usulan, Logo/Lambang Sekolah Tinggi/Universitas, Nama dan Nomor Induk Mahasiswa, institusi yang dituju dan tahun pengajuan.

a) Judul dibuat sesingkat-singkatnya, jelas dan menunjukkan dengan tepat masalah yang akan

diteliti dan tidak membuka peluang penafsiran ganda.

b) Jenis usulan adalah Proposal Penelitian.

c) Logo/Lambang Sekolah Tinggi / Universitas adalah lambang yang resmi digunakan untuk laporan karya ilmiah yaitu berwarna hijau.

d) Nama dan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) diletakkan ditegah halaman judul tanpa disertai

garis bawah, nama tidak boleh disingkat dan derajat kesarjanaan tidak boleh disertakan. NIM

ditempatkan di bawah nama mahasiswa.

e) Institusi yang dituju.......

f) Waktu pengajuan ditulis tahun pengajuan usulan penelitian.

g) Penulisan memakai huruf besar / Kapital

2. Judul

Judul penelitian harus spesifik, singkat dan menggambarkan masalah yang diteliti. Judul maksimal

20 kata, jelas dan tidak membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam atau dapat

menggunakan sub judul jika terlalu panjang.

3. Latar Belakang

Berisikan uraian tentang masalah penelitian dan alasan dilakukannya penelitian, sehingga

tercermin dengan jelas apa dan mengapa topik atau masalah tersebut perlu diteliti. Secara ringkas

dipaparkan tentang gejala-gejala yang muncul dan keterkaitannya dengan teori, hasil-hasil

penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah maupun pengalaman atau pengamatan pribadi

yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Disamping itu perlu dijelaskan pentingnya

masalah itu untuk dikaji atau diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat

landasan berpijak yang lebih kokoh dan jelas.

4. Rumusan Masalah

Merupakan kalimat tanya yang berupa ungkapan tentang masalah atau topik yang akan diteliti

5. Tujuan Penelitian

Berisikan penjelasan singkat tentang hal-hal yang ingin dicapai melalui penelitian yang di lakukan,

berdasarkan pada perumusan masalah.

6. Manfaat Penelitian

Menjelaskan manfaat penelitian secara teoretis dan praktis serta menjelaskan pihak-pihak yang

akan memperoleh manfaat dari hasil penelitian tersebut.

7. Definisi Operasional

Merupakan penjelasan dari variabel atau istilah secara operasional, mengenai variabel penelitian

yang diteliti. Tujuannya adalah untuk mengarahkan si peneliti supaya diperoleh data yang benar

sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dalam mengoperasionalkan variabel harus jelas batasannya

dan terukur.

8. Kajian Pustaka

Kajian pustaka didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya

bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai

penunjang. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yaitu mutakhir

(sepuluh tahun terakhir) dan relevan.

a) Landasan Teori

Bagian ini membahas tentang teori-teori dan pendapat orang yang digunakan menelaah dan

menganalisis masalah yang diteliti. Teori dan pendapat orang disintesis, sehingga berguna

untuk menjawab masalah secara teoretis dalam bentuk kerangka pikir dan sebagai dasar

menyusun hipotesis.

b) Kajian Penelitian yang Relevan

Bagian ini membahas hasil-hasil penelitian yang termuat dalam buku teks, jurnal, skripsi,

tesis, disertasi, prosiding, dan karya ilmiah lain.

9. Hipotesis (jika perlu)

Merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah yang diajukan dan perlu dibuktikan.

Hipotesis dirumuskan dengan singkat dan jelas dalam bentuk kalimat pernyataan.

Oleh karena itu hipotesis harus diuji kebenarannya dan pengujiaannya harus mendasarkan pada

kaidah-kaidah keilmuan (scientific methods) yang dapat dipertanggungjawabkan.

10. Metode Penelitian

a) Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kuantitatif, Pendekatan

Kualitatif ataupun penggabungan keduanya yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Penelitian

Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK).

Jenis-jenis penelitian dapat dipilih sesuai dengan tema/judul penelitian antara lain: Penelitian

deskriptif, Penelitian korelasional, Penelitian komparasi, Penelitian evaluasi, Penelitian

eksperimen, Penelitian fenomenologi, grounded research, Penelitian ethnografi, Penelitian studi

kasus.

b) Tempat dan Waktu

Menjelaskan tempat dimana dan lama/waktu di laksanakannya penelitian. Lama penelitian

dihitung mulai dari menyusun proposal sampai penyusunan laporan penelitian.

c) Sumber Data Penelitian

Menjelaskan siapa, apa yang menjadi subjek/objek/sumber data serta teknik yang digunakan

dalam pengambilan dan jumlah sampel/subjek/sumber data.

d) Teknik Pengumpulan Data

Menjelaskan proses pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.Teknik yang dipakai

dan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data.

e) Teknik Analisis Data

Menjelaskan teknik analisis yang di pilih beserta rasionalnya. Analisis data dapat berupa

analisis data deskriptif dan/atau inferensial.

11. Daftar Pustaka

Berisi daftar buku-buku, jurnal, prosiding, majalah, surat kabar, internet serta sumber-sumber lain

yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan proposal.



Kamis, 26 Agustus 2021

Menulis Teks Eksposisi

Teks eksposisi banyak menggunakan fakta. Luasnya wawasan dan pengetahuan kita berkenaan dengan topik yang akan kita tulis juga sangatlah utama. Kita harus menyiapkan berbagai sumber untuk bisa mengembangkan topik yang kita pilih. Kalau tidak demikian, isi tulisan akan dangkal dan tidak memberikan sesuatu yang baru bagi pembaca.
Suatu teks eksposisi dapat kita tulis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1. Menemukan topik yang menarik dan kita kuasai

Suatu topik dikatakan menarik apabila topik itu berkenaan dengan hal-hal yang aktual, menyangkut kepentingan pembaca, menyangkut orang-orang terkenal atau peristiwa-peristiwa besar, hal-hal yang langka ataupun unik. 
Perlu diperhatikan pula penguasaan kita terhadap topik-topik itu. Topik yang dikuasai sebaiknya kita hindari karena hal itu akan memberatkan dalam penulisannya dan hasilnya pun akan menjadi dangkal. Namun, apabila terobsesi untuk tetap menuliskannya, kita perlu banyak membaca dan mendalami berbagai referensi berkenaan dengan dengan topik itu.

2.Menspesifikkan topik ke dalam gagasan yang lebih fokus

Bagian ini sering pula disebut langkah penyusunan kerangka tulisan. Bagian ini penting untuk membuat tulisan kita sistematis. Spesifikasi juga membantu kita dalam pengumpulan bahan tulisan. Bahan-bahan yang perlu kita baca adalah bahan-bahan yang sesuai dengan perincian gagasan-gagasan itu.

3.Mempertimbangkan sasaran pembaca 

Langkah ini tidak boleh kita abaikan sebab akan berpengaruh pada kedalaman dan keluasan isi tulisan, termasuk pada pilihan kata yang kita gunakan. Tulisan yang ditunjukkan pada pelajar remaja perlu lebih mendalam pembahasannya dibandingkan dengan tulisan yang ditujukan pada pelajar anak-anak. Begitu pun dengan bahasanya, untuk anak-anak harus lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa untuk remaja ataupun orang dewasa.

4.Mungumpulkan bahan

Teks eksposisi sangat memerlukan kejelasan didalam penulisannya. Suatu tulisan akan jelas apabila kita memiliki keluasan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan topik tulisan itu. Hal-hal yang dianggap kurang, perlu kita cari dari berbagai sumber, baik itu dari buku, majalah, surat kabar, ataupun internet. Catatlah hal-hal yang dianggap penting jangan lupa tuliskan pula sumbernya. Kita pun dapat bertanya kepada orang-orang yang dianggap ahli berkenaan dengan bidang yang akan kita tulis itu.

5.Mengembangkan kerangka menujadi tulisan secara lengkap dan utuh

Langkah inilah yang merupakan puncak dari seluruh rangkaian kegiatan menulis. Semua pengetahuan dan wawasan kita yang relevan dengan topik dan rincian kerangkanya perlu kita tuangkan ke dalam tulisan secara benar. Masukkan pula berbagai pendapat ahli dan kutipan-kutipan yang telah kita persiapkan sebelumnya. Dengan demikian, diharapkan teks eksposisi yang kita tulis lebih berbobot dan “bergizi”, artinya dapat memberikan pemahaman yang jelas dan mendalam kepada para pembaca.

Itulah pemaparan singkat tentang prosedur menulis Teks Eksposisi. Teks eksposisi yang baik akan tersusun jika dibuat dengan urutan yang benar.

Senin, 23 Agustus 2021

Memikat Makna

Memikat makna adalah kiat-kiat ampuh yang melejitkan kemauan plus kemampuan membaca dan menulis buku atau membaca buku dan menuliskan secara efektif, mencari, menemukan manfaat  membaca buku dan menuliskan sesuatu secara efektif.
Metode meningkatkan membaca dan menulis antara lain : 

1. Betapa berharganya teks dan pentingnya aktivitas menulis 
2. Betapa tidak mungkin diabaikannya keperluan membaca hal-hal yang tersirat ( yang berada di dalam ) maupun membaca hal-hal yang tersurat ( yang berada di luar )
3. Betapa pelik kehidupan dan betapa tidak mungkinnya meningkatkan kualitas kehidupan tanpa referensi tekstual yang mampu merekam, merumuskan, dan mengukur kapan dan dimana seseorang telah mencapai prestasi tertentu
4. Tampaknya, hanya anak-anak yang terdidik dan terlatih sejak dini membaca atau mengkritisi teks kemudian menuliskan secara bebas hal-hal yang kritis dan di pahami dan dimaknailah yang mampu melontarkan "mengapa" dalam kadarnya yang amat tinggi.

Lima Sikap Membaca antara lain : 

1. SABAR
Kesabaran diperlukan saat membaca karena bila tergesa-gesa dalam memaknai  suatu gagasan, bisa jadi kesimpulan yang salah.

2. TELATEN
Ketelatenan mengambil makna-makna yang tersebar disepanjang halaman buku kemudian mengumpulkan dan menghimpunnya amat diperlukan karena kalau tidak telaten / teliti akan banyak gagasan yang menguap dan bersembunyi kembali

3. TEKUN
Ketekunan diperlukan untuk membantu kita memahami himpunan kata, paragraf, bab dan wacana dan bagian-bagian yang menyimpan gagasan pokok dan penting untuk di perhatikan

4.GIGIH
Kegigihan akan mendorong anda agar tidak sekali itu mati. Artinya anda bisa jadi perlu bacaan sehingga lebih dari satu kali.

5. SUNGGUH-SUNGGUH
Kesungguhan dalam menemukan makna, memahami maksud penulis dan mengajak pikiran anda memahami hal-hal menarik dan penting yang di sampaikan seorang penulis akan menghadirkan manfaat yang tak terduga ( pikiran anda akan menemukan sesuatu yang baru dan segar )

Buku adalah pengusun peradaban, tanpa buku, sejarah menjadi sunyi, sastra bisu, ilmu pengetahuan lumpuh, serta spekulasi mandek.

Buku adalah ajang terbaik untuk menyelenggarakan komunikasi ada yang memberikan pesan dan ada juga yang menerima pesan.

Fungsi buku adalah menggerakkan pikiran kita, fungsi seperti ini dapat di artikan secara luas.

1. Sebuah buku baru akan berfungsi dan secara efektif mengerakkan pikiran kita bila metode yang kita gunakan dalam membaca buku adalah membaca kritis.

2. Sebuah buku baru akan memberikan manfaat yang besar bila buku itu disusun dengan baik yaitu memenuhi penalaran dan pendiksian.

3. Fungsi buku menggerakkan pikiran subuah buku akan amat bermakna bila dirasakan oleh pembaca buku .

Ilmu daya pikat antara lain:
1. Kontruksi gagasan pengarang
2. Kehebatan visi pengarang
3. Sosok buku yang menyejarah
4. Bentuk buku yang melangit
5. Gambar yang menyentuh dan mengutuh


- Kontruksi gagasan pengarang adalah membangun gagasan pengarang yang mampu melakukan perubahan-perubahan besar dan berarti.

- Visi Pengarang adalah gambaran realitas masa depan yang menarik dan logis ( rasional )

- Sosok buku adalah sistem menyeluruh penampilan sebuah buku

- Bentuk buku adalah bagian kecil sebuah sistem yang dapat ditampilkan dan mencerminkan salah satu kelebihan atau daya pikat tersebut.

- Gambar yang menyentuh adalah memahami lewat gambar atau tampilan visual

Untuk mendeteksi sebuah buku yang bergizi, kita dapat melacaknya lewat tiga unsur yang senantiasa dikandung oleh buku antara lain : 

1. Susunan kata atau kalimatnya haruslah bernalar atau memenuhi kaidah-kaidah reasoning. Apabila pada saat kita asyik mencicipi kelesatan sebuah buku, tiba-tiba kita menemukan kalimat-kalimat rancu atau tidak logis kita jelas akan terganggu olehnya. Hanya kalimat-kalimat yang bernalarlah mampu secara efektif menggerakkan pikiran seseorang pembaca.

2. Memiliki diksi yang baik, buku yang bergizi senantiasa mampu membuat pembacanya asyik. Membaca buku pada era sekompleks saat ini sudah tidak cukup  apabila hanya menggunakan otak kanan ( berpikir acak atau merasa ) secara sadar. Kata-kata yang dipilih oleh seorang pengarang secara cermat dan akurat serta kalimat-kalimat yang disusun secara indah akan membuat pembaca terasa asyik membaca buku. Diksi atau pilihan kata begitu penting dalam menemukan apakah buku tersebut gurih atau tidak

3. Memberikan perhatian terhadap koherensi dan komposisi yang kita " Makan " dari buku adalah gagasan, kadang-kadang teks tidak mampu menampung sebuah gagasan yang amat kaya dan berkualitas. Lebih-lebih lagi gagasan-gagasan yang  merangsang pikiran secara cepat biasanya tidak langsung diketahui dari satu atau dua alinea. Koherensi menjadi unsur sangat penting dari sebuah bangunan gagasan yang disajikan lewat teks-teks tertulis. Ketiadaan koherensi antar kalimat, alinea, bab atau bagian yang akan membuat pembaca kebingungan menangkap maksud pokok seorang pengarang dan sebuah buku akan menunjukkan kehebatannya apabila seluruh unsur penting buku diatas di sajikan dalam komposisi yang baik.


Sosok sebuah buku antara lain:
1. Kekayaan kosakata
2. Komposisi " diksi "
3. Kaidah penalaran
4. Keprigelan ( kemahiran menulis )

TEKNIK MENULIS

Menulis adalah mengungkapkan  pikiran  dalam tulisan 

7 kiat - kiat menulis atau cara membiasakan diri menulis secara efektif antara lain : 
1. Menulis / Membebaskan diri
2. Menulis / Mengekspresikan diri
3. Menulis / Menemukan diri
4. Memiliki catatan harian 
5. Kebiasaan menulis/ menemukan diri
6. Membacalah buku sebanyak-banyaknya
7. Menulis / aktivitas intelektual praktis yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan amat berguna untuk mengukur seberapa tinggi pertumbuhan rohani seseorang.


Ada 3 proses yang harus dilakukan untuk menghasilkan sebuah buku yang sifatnya memberikan informasi tentang sesuatu hal 

1. Mengumpulkan informasi dan pendapat
2. Mengklasifikasikan  informasi tersebut
3. Proses penulisan

Langkah-langkah penulisan buku antara lain:
1.Merumuskan dan membatasi pokok persoalan yang akan ditulis
2.Mengumpulkan berbagai informasi
3.Mengambil bahan- bahan dari perpustakaan
4.Memeriksa buku-buku yang telah  diterbitkan  mengenai persoalan yang sama selama dua tahun terakhir.

TEKNIK MEMBACA
7  kiat membaca secara efektif antara lain:

1.Membaca / Memahami gagasan
2.Membaca / memaknai
3.Membaca/ memperluas gagasan dan mempercaya perspektif
4. Kecintaan membaca / kecintaan belajar
5.Kita harus gemar membaca / dapat membaca dengan baik
6.Membaca dengan baik / menyantap" makanan rohani " secara teratur sebagaimana kita melakukan sarapan pagi, makan siang diselengi ' ngemil ' di sore hari dan akhirnya makan malam.
7. Membaca / salah satu aktivitas terpenting sepanjang hayat lebih-lebih diera internet yang sarat percepatan dan perubahan seperti ini.


Penulis : Misbahuddin, S.Pd 

Mengenal Suku Badui

Orang Kanekes atau orang Baduy/Badui adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Masyarakat Suku di Banten termasuk salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Itulah salah satu keunikan Suku Badui sehingga wajar mereka sangat menjaga betul 'Pikukah' atau ajaran mereka, entah berupa kepercayaan dan kebudayaan.

Badui Dalam belum mengenal budaya luar dan terletak di hutan pedalaman. Karena belum mengenal kebudayaan luar, suku Badui Dalam masih memiliki budaya yang sangat asli. Mereka dikenal sangat taat mempertahankan adat istiadat dan warisan nenek moyangnya. Mereka memakai pakaian yang berwarna putih dengan ikat kepala putih dan membawa golok. Pakaian suku Badui Dalam pun tidak berkancing atau berkerah.  Uniknya, semua yang di pakai suku Badui Dalam adalah hasil produksi sendiri. Biasanya para perempuan yang bertugas membuatnya. Mereka dilarang memakai pakaian modern. Selain itu, setiap kali berpergian, mereka tidak memakai kendaraan bahkan tidak memakai alas kaki dan terdiri atas kelompok kecil berjumlah 3-5 orang, mereka dilarang menggunakan perangkat teknologi, seperti HP dan TV.

Suku ini memiliki kepercayaan yang dikenal Sunda Wiwitan ( sunda: berasal dari suku sunda, wiwitan: asli ). Kepercayaan ini memuja arwah nenek moyang ( animesme) yang selanjutnya kepercayaan mereka mendapat pengaruh dari Buddha dan Hindu. Kepercayaan suku ini merupakan refleksi kepercayaan masyarakat Sunda sebelum masuk agama islam.

Hingga saat ini, suku Badui Dalam tidak mengenal budaya baca tulis. Yang mereka tahu, ialah aksara Hanacaraka ( aksara sunda ). Anak-anak suku badui dalam pun tidak bersekolah, kegiatannya hanya sekitar sawah dan kebun. Menurut mereka, inilah cara mereka melestarikan adat leluhurnya. Meskipun sejak pemerintahan soeharto sampai sekarang sudah diadakan upaya untuk membujuk mereka agar mengizinkan pembangunan sekolah, tetapi mereka selalu menolak. Dengan demikian, banyak cerita atau sejarah mereka hanya ada di ingatan atau cerita lisan saja.

Badui luar merupakan orang- orang yang telah keluar dari adat dan wilayah badui dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkan dari Badui Dalam ke Badui Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di Badui Dalam itu hampir sama, tetapi Badui Luar lebih mengenal Teknologi di bandingkan Badui Dalam.


Sumber Materi buku bahasa indonesia kelas X SMA/SMK/MA 

Tanaman Herbal Indonesia Dokter terkejut melihat hasil nya, racun dalam tubuh seperti : Rematik Kolesterol Asam Urat Semua sembuh total deng...