Selasa, 07 April 2020

Menemukan Esensi Debat


Pernahkah kamu melihat dua pihak saling bertukar pendapat dengan mengemukakan berbagai alasan, meskipun keduanya berada pada sudut pandang yang berbeda. Kegiatan semacam itu disebut debat. Agar dapat memahami dan mengambil pelajaran dari sebuah debat, lakukanlah kegiatan-kegiatan berikut ini.

1.Berkonsentrasilah pada video atau teks yang akan dilihat dan didengarkan agar dapat mendapat mencatat pokok yang menjadi permasalahan. 

2.Supaya membantu kamu dalam menangkap gagasan, tuliskanlah bagian-bagian penting yang menjadi inti dari debat tersebut

3.Sebelum melihat video atau membaca teks debat, kamu dapat menyampaikan pertayaan umum. Misalanya:
  • Mengapa teks tersebut tergolong debat.?
  • Siapa nama tokoh yang sedang berdebat.?
  • Apa jabatan atau pekerjaan mereka.?
  • Siapa yang menjadi pemimpin debat.?
  • Hal apa yang tengah di perdebatkan .?
  • Siapakah yang menjadi pihak pendukung ( afirmasi) dan pihak penentang ( oposisi )
  • Apakah kedua bela pihak mengemukakan alasan-alasan untuk mendukung pendapatnya masing-masing.?
  • Apakah ada pihak yang menunjukkan data, informasi atau fakta lain yang mendukung pendapatnya.?
  • Di akhir debat, apakah mereka mendapatkan sebuah pendapat baru yang sama, atau moderator hanya menyampaikan simpulan dari isi debat?

Kamis, 02 April 2020

Singkatan dan Akronim

Singkatan dan Akronim

Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik (.).
Contoh: M. Amin, Drs., Prof., Kol.
Singkatan yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik (.).
Contoh: MPR 
Singkatan umum terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti tanda titik.
Contoh: dst., dsb., dkk., dto.
Akronim adalah singkatan yang terdiri atas gabungan huruf awal, 
gabungan suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata yang diperlakukan sebagai kata, seperti:
Contoh: ABRI, PASI, SIM Akabri, Bappenas .
Akronim yang bukan nama diri/lembaga ditulis sebagai berikut: pemilu, rapim, tilang

Kaidah Morfologi (Pembentukan Kata)

Kaidah Kata Imbuhan 

Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan (afiksasi). Imbuhan atau afiks adalah satuan bahasa yang digunakan dalam bentuk 
dasar untuk menghasilkan suatu kata. Hasil dari proses pengimbuhan itulah yang 
kemudian membentuk kata baru yang disebut kata berimbuhan. 
Imbuhan dalam bahasa Indonesia jumlahnya bermacam-macam. Secara garis besar imbuhan tersebut dibagi ke dalam empat jenis, yakni prefiks, infiks, 
sufiks, dan konfiks. Prefiks atau awalan adalah imbuhan yang diikatkan di depan bentuk dasar. 
Contoh: 
me(N)- → membaca, menulis, menyapa 
ber- → berjalan, berbicara, bermalam 
di- → dibaca, ditulis, disapa
ter- → terbawa, termakan, terindak 
pe(N)- → penjual, pembeli, penulis 
per- → peranak, peristri 
se- → sekelas, setara, secangkir 
ke- → kepada, kekasih, kedua 
maha- → mahakuasa, mahaagung, mahakuasa 
Infiks atau sisipan adalah imbuhan yang diikatkan di tengah bentuk dasar. 
Contoh: 
-el-, → geletar, telunjuk 
-em- → gemetar 
-er- → gemertak, seruling, gerigi 
Sufiks atau akhiran adalah imbuhan yang diikatkan di belakang bentuk 
dasar. 
Contoh: 
-kan → tanamkan, bacakan, lembarkan 
-an → tulisan, bacan, lemparan 
-i → akhiri, jajaki, tulisi 
-nya → agaknya, rupanya 
-wan → rupawan, hartawan, ilmuwan 
Konfiks adalah imbuhan yang dilekatkan di depan-belakang bentuk dasar secara bersamaan. 
Contoh: 
ke-an → keamanan, kesatuan, kebetulan 
pe(N)-an → penanaman, pemahaman, penyesuaian 
per-an → perusahaan, persawahan, pertokoan 
ber-an → berhamburan, bersamaan, bersalaman 
se-nya → selama-lamanya, sejauh-jauhnya 

Kata ulang (reduplikasi) adalah kata yang mengalami proses perulangan, 
baik sebagian atau pun seluruhnya dengan disertai perubahan bunyi atau pun 
tidak. Kata ulang memiliki beberapa makna, di antaranya, adalah makna ‘banyak 
taktentu’, seperti contoh berikut. 
batu-batu negara-negara 
buku-buku orang-orang 
kuda-kuda pohon-pohon 
makanan-makanan peraturan-peraturan menteri-menteri rumah-rumah Ada juga kata ulang yang bermakna ‘banyak dan bermacam-macam’, seperti contoh berikut: 
bau-bauan, dedaunan 
bibit-bibitan, lauk-pauk 
buah-buahan, pepohonan 
bumbu-bumbuan, sayur-mayur 
bunyi-bunyian, tanam-tanaman 
Makna kata ulang lainnya adalah ‘menyerupai dan bermacam-macam’,seperti contoh berikut ini: 
kuda-kuda mobil-mobilan 
kuda-kudaan orang-orangan 
kucing-kucingan robot-robotan 
langit-langit rumah-rumahan 
mata-mata siku-siku.
Makna kata ulang berikutnya adalah ‘agak atau melemahkan 
sesuatu’ yang disebut pada kata dasar Contoh: 
kebarat-baratan , malu-malu 
kehijau-hijauan, pening-pening 
keinggris-inggrisan, sakit-sakitan
kuda-kudaan orang-orangan 
kucing-kucingan robot-robotan 
langit-langit rumah-rumahan 
mata-mata siku-siku.
Makna kata ulang berikutnya adalah ‘agak atau melemahkan 
sesuatu’ yang disebut pada kata dasar 
Contoh: 
kebarat-baratan , malu-malu 
kehijau-hijauan, pening-pening 
keinggris-inggrisan, sakit-sakitan
kekanak-kanakan, tidur-tiduran 
kekuning-kuningan 
Kata ulang bisa pula bermakna ‘Intensitas kualitatif’, seperti 
terlihat pada contoh berikut ini: 
keras-keras, segiat-giatnya 
kuat-kuat, setinggi-tingginya 
Di samping itu, kata ulang dapat bermakna ‘intensitas kuantitatif’, seperti contoh berikut: 
bercakap-cakap,manggut-manggut berlari-lari, mengangguk-angguk berputar-putar, mondar-mandir ,bolak-balik, tersenyum-senyum ,menggeleng-gelengkan, tertawa-tawa ,Kata-kata ulang di dalam contoh berikut ini memperlihatkan makna ‘kolektif’
dua-dua, kedua-duanya 
empat-empat, ketiga-tiganya 
Terakhir, kata ulang dapat bermakna ‘saling’, seperti yang tampak pada 
contoh-contoh di bawah ini. 
berpandang-pandangan, pukul-pukulan bersalam-salaman tendang-menendang lempar-lemparan, tolong-menolong .

Selasa, 31 Maret 2020

Kaidah Ejaan dalam Bahasa


Kaidah ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang bagaimana 
menggunakan lambang-lambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungan antara 
lambang-lambang tersebut (pemisahan dan penggabungannya). Secara teknis, 
kaidah ejaan dan tanda baca adalah aturan-aturan mengenai penulisan huruf, 
penulisan kata, dan penulisan tanda baca. 
Seperti diketahui bahwa kaidah ejaan mengatur penggunaan beragam 
lambang kebahasaan yang berdimensi luas. Pembahasan menyeluruh mengenai 
kaidah ejaan tersebut tidak mungkin dilakukan pada bagian ini. Pembahasan 
dibatasi pada kaidah-kaidah ejaan yang sangat produktif penggunaannya di dalam 
masyarakat.

Penulisan Huruf
Pada bagian ini akan dideskripsikan kaidah-kaidah yang berlaku mengenai 
pemakaian huruf dalam bahasa Indonesia, yakni pemakaian huruf kapital dan 
huruf miring.

Huruf Kapital
Istilah huruf kapital sering juga diganti dengan huruf besar. Huruf ini dipakai 
sebagai huruf pertama:
(a) kata pada awal kalimat
(b) petikan langsung (yang utuh)
(c) dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab 
 suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan,
(d) nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti 
 nama orang (Mahaputera Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Amir)
(e) nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang (Wakil Presiden 
 Yusuf Kalla, Jenderal Tito Karnavian)
(f) nama orang
(g) nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
(h) nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah
 (i) nama khas dalam geografi
 (j) nama badan resmi, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, 
 serta nama dokumen resmi
(k) nama semua kata dalam judul buku, majalah, surat kabar, kecuali 
 kata partikel, seperti di, ke, dari, untuk, yang, dan yang tidak 
 terletak pada posisi awal
 (l) singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan
 (m) kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, adik, 
paman yang dipakai sebagai kata ganti sapaan

Huruf Miring
Huruf miring adalah huruf yang posisinya dimiringkan dalam cetakan. 
Huruf miring dipakai untuk:
(a) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam 
karangan;
 Contoh: Dia mendengar berita itu dari Kompas.
(b) menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok 
kata;
 Contoh: Seluruh karyawan diwajibkan menghadiri acara tersebut.
(c) menuliskan kata atau ungkapan asing, kata nama ilmiah, kecuali yang 
telah disesuaikan ejaannya.
 Contoh: Hari-harinya padat dengan facebook.

Penulisan Kata
Kaidah penulisan kata meliputi kaidah penggabungan kata, penulisan kata 
ganti kau, ku, mu, dan nya, kata depan di, ke dan dari, kata turunan, serta 
singkatan dan akronim.

Gabungan Kata 
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang dapat menimbulkan 
kesalahan pengertian bisa diberi tanda hubung untuk menegaskan pertaliannya. 
Contoh: alat pandang-dengar
 Buku sejarah-lama (sebagai imbangan buku sejarah- moderen).

Kata ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang 
mengikutinya.
(1) a. Ketidakjujuran tidak kusukai.
 b. Ketidakjujuran tidak aku sukai.
(2) a. Lawan harus kaukalahkan dengan cara yang sportif.
 b. Lawan harus engkau kalahkan dengan cara yang sportif.
 (3) a. Aku tahu, buku itu milikmu.
 b. Aku tahu, buku itu milik kamu

Kata Turunan 
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan 
dan akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai.
Contoh: (1) tidak adil + ke-an ....................... ketidakadilan
Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘tiap’, dan ‘demi’ ditulis terpisah
Contoh: (1) a. Mereka masuk satu per satu.
 b. Mereka masuk satu persatu (x)
 (2) a. Harganya Rp 3.000,00 per helai.
 b. Harganya Rp 3.000,00 perhelai (x). 
 (3) Gaji naik per 1 April. 

Sabtu, 28 Maret 2020

Struktur debat

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Struktur debat
Berikut struktur debat yang baik :

1. Pengenalan

Pada struktur ini setiap tim ( baik tim afirmasi, tim oposisi dan tim netral ) memperkenalkan diri.

2. Penyampaian argumentasi

Pada penyampaian argumen ini, setiap tim menyampaikan argumentasi terhadap topik yang di mulai dari tim afirmasi, lalu tim oposisi dan diakhiri oleh tim netral.

3. Debat

Pada debat, masing-masing tim mengomentari setiap argumentasi dari tim lainnya.

4. Simpulan

Pada kesimpulan, setiap tim memberikan ungkapan penutup terhadap pernyataan topik yang sesuai dengan posisinya.

Unsur -unsur debat

1. Mosi adalah hal atau topik yang sedang di perdebatkan yang mengandung hal-hal yang bersifat konvensional. Disini ada pihak pro dan kontra, mosi sangat penting di dalam debat.

2. Tim afirmatif/pro atau tim yang setuju terhadap hal yang di perdebatkan.

3. Tim negatif / oposisi atau kontra adalah tim yang tidak setuju atau menentang  mosi yang di perdebatkan. Tim ini biasanya terdiri dari 3 orang.

4. Tim netral adalah tim yang memberikan 2 sisi baik dukungan atau sanggahan terhadap topik yang di perdebatkan.

5. Moderator adalah orang yang memimpin atau ornag yang membantu jalannya perdebatan. Tugasnya seperti membacakan tata tertib debat, memperkenalkan masing-masing pihak dan menyampaikan mosi yang di bicarakan.

6. Penulis adalah orang yang menulis kesimpulan dari suatu mosi yang di perdebatkan.

Jenis-jenis debat

1. Debat parlementer/majelis
2. Debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan terdahulu
3. Debat formal , konvensional atau debat pendidikan 

Tata cara debat

1. Pertanyaan atau tantangan sebaiknya di kemukakan secara profesional, tidak menghina lawan, tidak merendahkan lawan, atau berkomentar yang menyerang pribadi.

2. Analisis kritis, sintesis,  keterampilan retorika ( berbicara dan intelenjensia ) atau tidak terbata-bata.

3. Fokus pada posisi pihak lawan atau argument lawan. Harus tahu kelemahan dan kelebihan lawan yang merupakan hal penting dalam strategi kesalahan logis dan gunakan secara efektif dalam menyangkal argumen pihak lawan.

4. Batasan mengungkapkan argumen adalah tiga poin

5. Menggunakan logika dalam menyusun dan menyampaikan argumen atau pernyataan.

6. Mengetahui kesalahan umum didalam berpikir seperti kesalahan logis dan menggunakan secara efektif dalam menyangkal argumen lawan.

7. Menyajikan isi atau materi dengan akurat. Selalu menggunakan data dan fakta yang berhubungan dan mendukung pandangan.

8. Memastikan kesahihan semua bukti eksternal yang dihidangkan dalam argumen.

9. Kesimpulan dalam debat merupakan kesimpulan final.

Tujuan Debat

1. Melatih mental atau keberanian mengemukakan pendapat di hadapan umum.

2. Melatih mematahkan pendapat dari lawan debat.

3. Meningkatkan kemampuan dalam merespon suatu masalah.

4. Melatih untuk besikap kritis terhadap semua materi yang memantapkan pemahaman konsep  dari materi yang diperdebatkan.




Pengantar Materi Debat

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Pengantar Materi Debat

Ketika remaja, kita sering melakukan berbagai aktivitas sebagai salah satu bentuk pengembangan diri Pengantar Materi Debat dan bakat. Sebagai contoh kegiatan diskusi antar teman antar kelompok, terkadang terjadi perbedaan pendapat, yang sering kali memicu terjadinya perdebatan. 

Debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih. Secara formal Debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan  sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan dengan aturan-aturan yang jelas.
Contoh lain dari debat yang di selenggarakan secara formal pada saat menjelan pemilihan umum, yaitu debat antar kadidat calon presiden dan wakil presiden dsb.

Pengertian debat 
Debat merupakan suatu kegiatan mengadu argumentasi antara dua pihak atau lebih yang bersifat perorangan atau kelompok didalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan.
Adapun pengertian debat menurut para ahli :

  • Menuru KBBI ( kamus besar bahasa indonesia ) 
    Debat adalah pembahasan atau pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat mmasing-masing.
  • Menurut G. Sukandi
 Debat adalah saling adu argumentasi antar pribadi atau antar kelompok manusia dengan tujuan kemenangan.
  • Menurut Hendri Guntur Tarigan
 Debat adalah saling adu argumentasi antar pribadi atau antar kelompok manusia dengan tujuan mencapai kemenangan satu pihak.

Demikian penjelasan singkat tentang materi pengantar debat semoga bisa menambah wawasan dan pengetahuan kalian tentang debat.



Rabu, 25 Maret 2020

Struktur dan Kaidah Teks Negosiasi

  Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
     
        Struktur dan Kaidah Teks Negosiasi

Perhatikan contoh Teks negosiasi di bawah ini.

Joko : “ Kita belajar kelompok nanti malam di rumahku, ya.”

Budi : “ Ide bagus, tuh. Tapi, di rumahku saja. Rumah kamu jauh.”

Joko : “ Pakai motorlah. Paling enggak, setengah jam juga sampai.”

Budi : “ Motornya lagi di pakai Kakak. Udah, dirumahku saja, ya.”

Joko : “ Yaah, bagaimana, ya.”

Budi : “ Di rumah saya saja. Nanti aku sediakan makanan banyak. Kamu kan suka makan. He he he.”

Joko : “ Benar, nih ? Akan disediakan makanan?”

Budi : “Dijamin!”

Joko : Baiklah kalau begitu. Nanti malam aku akan datang kerumahmu! Tapi...”

Budi : “ Iya, makanan apa pun yang kamu inginkan akan kusediakan. Mau kerupuk, gorengan, Lalap-lapan. Air putih....”

Joko : “ Itu , mah tidak istimewa, Bud! Di rumahku juga banyak!”

Budi : “ Bercanda! Tenanglah, soal makanan, saya jamin. Oke, ya! Nanti malam kamu datang kerumahku !”

Joko : “ Siap, jangan khawatir!”

Budi : “ Sip. Sampai ketemu kalau begitu.

Berdasarkan contoh diatas dapat pula dirumuskan bahwa struktur dan kaidah negosiasi adalah sebagai berikut.


  • Negosiator 1 menyampaikan maksudnya
  • Pihak mitra bicara ( negosiator 2 ) menyanggah dengan alasan tertentu.
  • Negosiator 1 mengemukakan argumentasi untuk mempertahankan tujuan awalnya untuk disetujui negosiator 2.
  • Negosiator 2 kembali mengemukakan penolakan dengan alasan tertentu pula.
  • Terjadinya persepakatan. 
Dan adapun bagian-bagian dari contoh teks diatas terdiri dari tiga, yaitu
1. Pendahuluan
2. Bagian inti
3. Penutup

Tahap-tahap bernegosiasi

  • Penyampaian maksud oleh pihak pertama
  • Penyanggan oleh pihak kedua
  • Pihak pertama menyampaikan argumentasi, bujukan
  • Pihak kedua kembali menyatakan penolakan dengan argumentasi
  • Terjadi persepakatan: saling melibatkan tawaran.
Seperti genre teks yang lainnya teks negosiasi juga mempunyai struktur tes yang khas, seperti Orientasi atau bagian awal dari proses sebuah negosiasi. Pengajuan dan penawaran atau bagian inti dari negosiasi dan yang terakhir persetujuan atau bagian penutup dari negosiasi itu sendiri.

    Dalam kegiatan negosiasi terkandung aspek-aspek berikut.
  • Melibatkan dua orang atau lebih, baik secara perorangan atau perkelompok, ataupun perwakilan organisasi atau perusahaan.
  • Berupa kegiatan komunikasi langsung ( tatap muka ), menggunakan bahasa lisan atau tulisan ( dalam bentuk surat ).
  • Mengandung konflik, pertentangan atau perselisihan.
  • Menyelesaikannya melalui tawar-menawar ( bargain ), atau tukar-menukar ( barter ).
  • Menyangkut suatu rencana, program, suatu keinginan, atau sesuatu yang belum terjadi.
  • Berujung pada dua hal sepakat atau tidak sepakat.





Selasa, 24 Maret 2020

Prinsip Bahasa Indonesia Baku

       Prinsip Bahasa Indonesia Baku

Prinsip bahasa indonesia baku serta kaidah dasar tentang kata, frasa, klausa, dan kalimat bahasa indonesia.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Memahami kata-kata baku
Kata baku merupakan kata yang cara pengucapannya ataupun penulisannya sesuai dengan kaidah atau standar yang dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa :
1. Pedoman ejaan ( EYD )
2. Tata Bahasa baku
3. Kamus Umum

Kata tidak baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah standar tersebut.
Penggunaan kata ( bahasa ) baku memiliki fungsi sebagai berikut.

  1. Pemersatu
  2. Pemberi keikhlasan
  3. Pembawa kewibawaan
  4. Kerangka acuan
Ciri-ciri kata baku adalah sebagai berikut 
  • Tidak di pengaruhi bahasa daerah
  • Tidak dipengaruhi bahasa asing
  • Bukan merupakan ragam bahasa percakapan
  • Pemakaian imbuhan yang eksplisit
  • Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
  • Tidak terkontaminasi, tidak rancu
  • Tidak mengandung arti pleonasme
  • Tidak mengandung hiperkorek


Kalimat merupakan rangkaian kata-kata yang menjadi kesatuan dan memiliki arti seruan, pertanyaan, pernyataan dan sebagainya. Untuk dapat di mengerti apakah kalimat baku atau kalimat tidak baku berikut penjelasannya.

Kalimat baku merupakan sebuah jenis kalimat yang disusun dengan benar dengan berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam penyusunan kalimat serta harus sesuai dengan ejaan yang di sempurnakan atau biasa di singkat (EYD). Sedangkan kalimat tidak baku sendiri merupakan
kalimat yang tidak sesuai dengan ejaan yang berlaku (EYD).

Kalimat baku sering di gunakan dalam penulisan-penulisan Formal ataupun juga akademik. Hal tersebut karena dengan kalimat baku maka tulisan menjadi berkesan dan juga dapat di mengerti secara jelas maksud dan tujuannya apabila di tulis oleh orang-orang yang berkompeten. Sedangkan kalimat tidak baku sering di gunakan penulisan-penulisan informal, seperti surat pribadi, catatan harian dan sebagainya.

Ciri-ciri kalimat baku
  1. Menggunakan tanda baca yang benar
  2. Menggunakan ejaan yang benar
  3. Menggunakan struktur bahasa yang tepat
  4. Menggunakan huruf kapital yang tepat
  5. Bisa menyampaikan gagasannya dengan baik atau tidak ambigu.
  6. Tidak menggunakan pemborosan kata
  7. Memiliki kepaduan antar kata.






Tanaman Herbal Indonesia Dokter terkejut melihat hasil nya, racun dalam tubuh seperti : Rematik Kolesterol Asam Urat Semua sembuh total deng...